Senin, 29 Oktober 2012

BAB III INTERAKSI SOSIAL DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL


A.        DEFINISI INTERAKSI SOSIAL
Sejak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini  merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan melalui suatu prose yang disebut interaksi sosial. Interaksi Sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Dalam kanyataan sehari-hari terdapat tiga macam cakupan dalam definisi interaksi sosial, yaitu :
1.         Interaksi antara individu dengan individu
Wujud interaksi ini dapat dalam bentuk jabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar
2.         Interaksi antara individu dengan kelompok
Secara konkret bentuk interaksi ini bisa dilihat pada contoh : seorang guru sedang mengajari siswa-siswanya dalam kelas, atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
3.         Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi ini menunjukan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya, satu kesebelasan sepak bola bertanding melawan kesebelasan lainnya.
B.        CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut :
1.       Jumlah pelaku dua orang atau lebih
2.       Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang
3.       Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4.       Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut

C.        FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL
Secara psikologis, seseorang melakukan interaksi sosial dengan orang lain didasari oleh adanya dorongan-dorongan yang bersifat psikologis-sosiologis, antara lain :
1.         Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang lain. Hal inni disebabkan oleh adanya minat dan perhatian objek atau subjek yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai dan mengagumi pihak lain yang dianggap cocok. Contoh dari imitasi adalah gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.
2.         Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang yang ditirunya, baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya. Sebagai contoh, seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.
3.         Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Umumnya orang yang mudah tersugesti adalah orang atau kelompok masyarakat  yang berada dalam kondisi lemah, tertekan, atau frustrasi. Contohnya, seorang yang memnderita penyakit menahun akan mudah tersugesti untuk pergi ke dukun daripada berobat tekun ke dokter.
4.         Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruhi atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau  belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.
5.         Simpati
Simpati merupakan sikap ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan, apa yang dialami, dipikirkan atau dirasakan orang lain tersebut. Contohnya, ketika ada tetangga yang sedang terkena musibah kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya.
6.         Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.


D.        SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
1.         Kontak sosial
Kontak sosial merupakan hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus  bersentuhan secara fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, kontak sosial dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Kontak sosial menurut cara-cara yang dilakukan terdiri dari :
1)      Kontak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada  komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi
2)      Kontak tidak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan melalui perantara pihak ketiga
b.      Kontak sosial menurut proses terjadinya, terdiri dari :
1)      Kontak primer, yaitu yang terjadi pada saat awal komunikasi sosial itu berlangsung
2)      Kontak sekunder, yaitu apabila pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi
2.         Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahas latin communicare yang berarti berhubungan. Jadi secara harfiah, komunikasi berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesannya itu diproses.
E.         BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1.         Interaksi sosial asosiatif
Interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif,  antara lain :
a.       Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. Kerja sama dapat dibedakan lagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)      Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang timbul secara spontan
2)      Kerja sama langsung, yaitu kerja sama yang terjadi karena adanya perintah atasan atau penguasa
3)      Kerja sama kotrak, yaitu kerja sama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui bersama untuk jangka waktu tertentu
4)      Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama yang terbentuk karena adanya sistem tradisi yang kondusif.
Pada masyarakat pedesaan, pola kerjasama didorong oleh motivasi untuk :
a)         Menghadapi tantangan alam yang masih “keras”
b)        Melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal
c)         Melaksanakan upacara yang sifatnya sakral (suci)
d)        Menghadapi serangan musuh dari luar
Pada masyarakat kota yang sudah begitu kompleks struktur kemasyarakatannya, motivasi kerjasamanya adalah sebagai berikut :
a)      Memperoleh keuntungan ekonomis secara efektif dan efisien
b)      Menghindari persaingan bebas, maka dibentuklah semacam asosiasi atau perserikataan, baik di bidang ekonomi, politik, kesenian, dll.
c)       Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa di bidang bela negara dan cinta tanah air
b.      Akomodasi (Accomodation)
Merupakan suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan kelompok untuk meredakan pertentangan.
Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian :
1)      Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan
2)      Pada suatu keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Akomodasi didahului oleh adanya dua kelompok atau lebih yang saling bertikai. Masing-masing kelompok dengan kemauannya sendiri berusaha untuk berakomodasi menghilangkan gap atauu barier yang menjadi pangkal pertentangan sehingg konflik mereda.
Tujuan dari akomodasi adalah sebagai berikut :
1)      Mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antar suku atau antar negara
2)      Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik
3)      Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta
4)      Mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.
c.       Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi akan terjadi apabila:
1)      Ada perbedaan kebudayaan antara kedua belah pihak
2)      Ada interaksi intensif antara kedua pihak
3)      Ada proses saling menyesuaikan
Proses asilmilasi bisa terjadi bila ada hal-hal yang mendukung serta akan susah terjadi kalau ada faktor yang menghambat. Berikut ini faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses asimilasi :
No.
Faktor Yang Mendukung
No.
Faktor Yang Menghambat
1

2

3

4

5

6
7
Adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda
Adanya sikap menghargai terhadap orang asing dan kebudayaannya
Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
Adanya sikap terbuka dari golongan penguasa
Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya
Terjadinya perkawinan campuran
Adanya musuh bersama dari luar
1

2

3

4

5

6
7
Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok
Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain
Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain
Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu
Adanya perbedaan ciri-ciri ras yang mencolok
Adanya perasaan in-group yang kuat
Adanya perbedaan kepentingan


d.      Akulturasi (Acculturation)
Akultursi atau kontak kebudayaan merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan  itu sendiri. Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Migrasi antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda telah menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing.
Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu sebagai berikut :
1)      Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke 1-15), contoh akulturasi ini adalah masuknya epos Ramayana atau Mahabarata dalam cerita wayang
2)      Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke 15-17), contohnya yaitu masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia
3)      Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke 17-20), contoh akulturasi Indonesia-Barat adalah perpaduan budaya Indonesia dengan budaya barat dalam bidang kesenian, arsitektur, perdagangan, pendidikan, dan politik.

2.         Interaksi sosial disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain :
a.       Persaingan (Competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik. konsep tersebut merupakan definisi persaingan yang “sehat” dengan pola aturan main yang wajar.
Persaingan memiliki fungsi yang dinamis, yaitu :
1)      Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2)      Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif
3)      Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara optimal
4)      Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam hierarki organisasi secara tepat sesuai dengan kemampuannya
5)      Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan sistem pembagian kerja secara efektif.
Ruang lingkup persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini :
1)      Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan
2)      Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan keolahragaan
3)      Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan organisasi politik
4)      Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau sekte yan berlainan paham keagamaannya.
Dalam suatu persaingan diharapkan dapat menghasilkan  :
1)      Perubahan sikap dan kepribadian yang makin mantap
2)      Daya juang yang dinamis dan progresif
3)      Timbulnya rasa percaya diri
4)      Makin kokohnya solidaritas dan kebanggaan politik.
b.      Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan (konflik). Wujud dari kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara sembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok, maupun terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontravensi :
1)      Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan
2)      Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran
3)      Kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain
4)      Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat
5)      Kontravensi yang bersifat taktis, seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
Tipe-tipe umum kontravensi :
1)      Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda
2)      Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antara golongan wanita dan golongan pria
3)      Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan golongan mayoritas dengan minoritas di masyarakat.
c.       Pertentangan atau konflik Sosial
Pertentangan adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan jurang pemisah di antara mereka. Upaya untuk memenuhi tujuan mereka dilakukan secara tidak wajar dan tidak konstitutional yang saling menjatuhkan.
Sebab-sebab munculnya konflik, antara lain :
1)      Perbedaan pendapat
2)      Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mngusik harga diri serta kebanggaan masing-masing pihak
3)      Benturan kepentingan yang sama
4)      Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat yang berlainan kebudayaan
5)      Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu negara ataupun antarnegara
Ada beberapa bentuk konflik atau pertentangan, antara lain :
1)      Konflik pribadi, yaitu konflik antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan
2)      Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebudayaan. Misalnya pertentangan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam (negro)
3)      Konflik antar kelas sosial, konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. misalnya, konflik antar keum pemilik modal dan buruh
4)      Konflik politik, misalnya konflik antar pendukung parpol dan pemilu
5)      Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan antarnegara yang akhirnya menyangkut kedaulatan negara.
Akibat yang timbul karena suatu pertentangan (konflik), antara lain :
1)      Bertambahnya solidaritas kelompok
2)      Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif maupun negatif
3)      Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan
4)      Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi benturan fisik
5)      Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai
6)      Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara lain:
1)      Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
2)      Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghargai dan menhormati pendirian masing-masing pihak
3)      Konversi, yaitu salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
4)      Coersion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
5)      Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggundang pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
6)      Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
7)      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh persetujuan bersama
8)      Ajudikasi, yaitu penyelesaian konlfik di pengadilan
9)      Segregasi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan mengurangi konflik
10)   Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik.
Berbagai bentuk hubungan di atas dapat mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial, baik lembaga formal maupun nonformal, mendorong terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.

F.         LEMBAGA, KELOMPOK DAN ORGANISASI SEBAGAI HASIL INTERAKSI SOSIAL
Awal terbentuknya lembaga, kelompok maupun organisasi sosial terjadi  karena adanya interaksi sosial antarindividu, antara individu dan kelompok, maupun interaksi sosial antarkelompok. Mereka berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama dalam penciptaan lembaga atau kelompok sosial masyarakat.
1.       Lemabaga sosial
a.       Pengertian
Pengertian lembaga sosial menurut Gilin dan Gilin (Soerjono Soekanto, 1987) :
1)      Lembaga sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan. Hasilnya terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak tergabung dalam suatu unityang fungsional
2)      Hempir semua lembaga sosial mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu sehingga orang menganggapnya sebagai himpunan norma yang harus dipertahankan
3)      Suatu lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4)      Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
5)      Suatu lembaga sosial biasanya juga mrtuemiliki lambang tertentu yang secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsinya
6)      Lembaga sosial memiliki suatu tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan dasar bagi pranata yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya.
Berdasarkan  penjelasan di atas, dapat disimpulkan :
1)      Lembag sosial adalah seperangkat ketentuan, aturan, atau norma sosial yang sudah sedemikian mendalam (melembaga, internalisasi) sehingga keberadaanya disepakati dengan rasa tanggung jawab oleh seluruh anggota masyarakatnya (memasyarakat, institusionalisasi)
2)      Lembaga sosial mengatur berbagai pola kehidupan tertentu dalam masyarakat.
b.      Proses pembentukan lembaga sosial
Proses yang dilalui dalam proses pembentukan lembaga sosial adalah sebagai berikut,
1)      Menusia mencari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia amenemukan beberapa kebiasaan yang baku yang berlaku secara terus-menerus dan diulang-ulang. Dengan berjalannya waktu, kebiasaan-kebiasaan tersebut dilegalkan oleh masyarakat sehingga tumbuh berkembang menjadi lembaga
2)      Kebiasaan yang sudah dilegalkan dan kemudian menjadi semacam norma. Kemudian dilembagakan oleh masyarakat (institutionalization). Norma yang merupakan harapan perilaku ini oleh masyarakat ditetapkan untuk menentukan posisi status dan fungsi peranan untuk perilaku
3)      Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, tetapi dapat berlangsung lebih jauh lagi hingga suatu norma masyarakat tidak hanya menjadi institutionalized dalam masyarakat, tetapi menjadi internalized. Internalisasi adalah suatu taraf perkembangan di mana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperikelakuan sejalan dengan norma yang berlaku. Dengan kata lain, norma-norma tersebut telah mendarah daging (internalized)
c.       Tipe-tipe lembaga sosial
Tipe-tipe lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatn dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut Gilin dan Gilin  (Soerjono Soekanto, 1990), lembaga-lembaga sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)      Dari sudut perkembangannya, dibedakan menjadi :
a)    Crescive institutions (lembaga primer), merupakan lembaga-lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya: hak milik, perkawinan dan agama.
b)   Enacted institutions, merupakan lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.  Misalnya, lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya itu berakar dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.
2)      Dari sudut pandang nilai-nilai yang dterima masyarakat
a)      Basic institutions, lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya, keluarga, sekolah dan negara
b)      Subsidiary institutions, lembaga kemasyarakatan yang sering dianggap kurang penting, misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi
3)      Dari sudut pandang penerimaan masyarakat
a)      Approved atau social sanctioned institutions, yaitu lembaga-lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah atau  perusahaan dagang
b)      Unsanctioned institutions, yaitu lembaga yang ditolak oleh masyarakat walau terkadang mereka tidak berhasil untuk memberantasnya, seperti kelompok penjahat, pemeras, dan pencoleng
4)      Perbedaan antara general institutions dan restricted institutions timbul apabila klasifikasi tersebut berdasarkan faktor penyebarannya. Misalnya, agama merupakan suatu general institutions karena dikenal oleh hampir semua masyarakat di dunia, sedangkan agama islam, protestan, katolik, budha dll. merupakan restricted institutions- karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia
5)      Dari sudut fungsinya
a)    operative institutions, berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misalnya lembaga industrialisasi
b)   regulative institutions, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari lembaga itu sendiri. Contohnya adalah lembaga-lembaga hukum, seperti kejaksaan dan pengadilan.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menyebutkan bahwa lembaga sosial memiliki dua fungsi yaitu :
1)      Fungsi manifes, yaitu fungsi yang diharapkan oleh banyak orang akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri, misalnya lembaga keluarga harus memelihara anak, lembaga pendidikan harus mendidik siwa-siswanya, dsb. Fungsi manife ini bersifat jelas dan diakui
2)      Fungsi laten, merupakan dampak atau akibat dari adanya fungsi manifes, seperti efek samping dari suatu kebijakan, program, lembaga-lembaga atau asosiasi yang tidak dikehendaki. Misalnya, lembaga ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, tetapi terkadang juga meningkatkan pengangguran dan perbedaan kekayaan.
2.       Kelompok sosial
Kelompok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisasi, serta terjadi secara berulang-ulang dan memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.
Berikut ini merupakan klasifikasi kelompok sosial yang ada di masyarakat :
a.       Klasifikasi kelompok sosial menurut besar atau banyaknya anggota kelompok
1)      Kelompok primer merupakan suatu kelompok yang para anggotanya saling mengenal secara akrab, hubungan sosialnya bersifat informal, personal dan total, yang mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup seseorang. Jumlah anggota kelompoknya relatiif kecil sehingga memungkinkan anggotanya berhubungan secara akrab. Contohnya adalah keluarga, klik, atau sejumlah sahabat
2)      Kelompom sekunder merupakan suatu kelompok di mana hubungan sosialnya bersifat formal, impersonal, dan segmental (berpisah-pisah) serta didasarkan pada asas kepentingan bersama. Masing-masing anggota kelompok kadang tidak mengenal secara baik karena seseorang tidak berurusan dengan orang lain secara pribadi, tetapi sebagai orang yang berfungsi dalam mennjalankan suatu peran. Jumlah anggota kelompok ini relatif besar, seperti serikat kerja, mitra dagang, negara.
b.      Klasifikasi kelompok sosial menurut proses terbentuknya

1 komentar:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai 'Interaksi Sosial', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1393/1/11207518.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus

Senin, 29 Oktober 2012

BAB III INTERAKSI SOSIAL DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL


A.        DEFINISI INTERAKSI SOSIAL
Sejak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini  merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan melalui suatu prose yang disebut interaksi sosial. Interaksi Sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Dalam kanyataan sehari-hari terdapat tiga macam cakupan dalam definisi interaksi sosial, yaitu :
1.         Interaksi antara individu dengan individu
Wujud interaksi ini dapat dalam bentuk jabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar
2.         Interaksi antara individu dengan kelompok
Secara konkret bentuk interaksi ini bisa dilihat pada contoh : seorang guru sedang mengajari siswa-siswanya dalam kelas, atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
3.         Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi ini menunjukan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya, satu kesebelasan sepak bola bertanding melawan kesebelasan lainnya.
B.        CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut :
1.       Jumlah pelaku dua orang atau lebih
2.       Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang
3.       Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4.       Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut

C.        FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL
Secara psikologis, seseorang melakukan interaksi sosial dengan orang lain didasari oleh adanya dorongan-dorongan yang bersifat psikologis-sosiologis, antara lain :
1.         Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang lain. Hal inni disebabkan oleh adanya minat dan perhatian objek atau subjek yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai dan mengagumi pihak lain yang dianggap cocok. Contoh dari imitasi adalah gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.
2.         Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang yang ditirunya, baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya. Sebagai contoh, seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.
3.         Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Umumnya orang yang mudah tersugesti adalah orang atau kelompok masyarakat  yang berada dalam kondisi lemah, tertekan, atau frustrasi. Contohnya, seorang yang memnderita penyakit menahun akan mudah tersugesti untuk pergi ke dukun daripada berobat tekun ke dokter.
4.         Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruhi atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau  belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.
5.         Simpati
Simpati merupakan sikap ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan, apa yang dialami, dipikirkan atau dirasakan orang lain tersebut. Contohnya, ketika ada tetangga yang sedang terkena musibah kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya.
6.         Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.


D.        SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
1.         Kontak sosial
Kontak sosial merupakan hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus  bersentuhan secara fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, kontak sosial dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Kontak sosial menurut cara-cara yang dilakukan terdiri dari :
1)      Kontak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada  komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi
2)      Kontak tidak langsung, yaitu komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan melalui perantara pihak ketiga
b.      Kontak sosial menurut proses terjadinya, terdiri dari :
1)      Kontak primer, yaitu yang terjadi pada saat awal komunikasi sosial itu berlangsung
2)      Kontak sekunder, yaitu apabila pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi
2.         Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahas latin communicare yang berarti berhubungan. Jadi secara harfiah, komunikasi berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesannya itu diproses.
E.         BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1.         Interaksi sosial asosiatif
Interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif,  antara lain :
a.       Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. Kerja sama dapat dibedakan lagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)      Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang timbul secara spontan
2)      Kerja sama langsung, yaitu kerja sama yang terjadi karena adanya perintah atasan atau penguasa
3)      Kerja sama kotrak, yaitu kerja sama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui bersama untuk jangka waktu tertentu
4)      Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama yang terbentuk karena adanya sistem tradisi yang kondusif.
Pada masyarakat pedesaan, pola kerjasama didorong oleh motivasi untuk :
a)         Menghadapi tantangan alam yang masih “keras”
b)        Melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal
c)         Melaksanakan upacara yang sifatnya sakral (suci)
d)        Menghadapi serangan musuh dari luar
Pada masyarakat kota yang sudah begitu kompleks struktur kemasyarakatannya, motivasi kerjasamanya adalah sebagai berikut :
a)      Memperoleh keuntungan ekonomis secara efektif dan efisien
b)      Menghindari persaingan bebas, maka dibentuklah semacam asosiasi atau perserikataan, baik di bidang ekonomi, politik, kesenian, dll.
c)       Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa di bidang bela negara dan cinta tanah air
b.      Akomodasi (Accomodation)
Merupakan suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan kelompok untuk meredakan pertentangan.
Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian :
1)      Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan
2)      Pada suatu keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Akomodasi didahului oleh adanya dua kelompok atau lebih yang saling bertikai. Masing-masing kelompok dengan kemauannya sendiri berusaha untuk berakomodasi menghilangkan gap atauu barier yang menjadi pangkal pertentangan sehingg konflik mereda.
Tujuan dari akomodasi adalah sebagai berikut :
1)      Mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antar suku atau antar negara
2)      Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik
3)      Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta
4)      Mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.
c.       Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi akan terjadi apabila:
1)      Ada perbedaan kebudayaan antara kedua belah pihak
2)      Ada interaksi intensif antara kedua pihak
3)      Ada proses saling menyesuaikan
Proses asilmilasi bisa terjadi bila ada hal-hal yang mendukung serta akan susah terjadi kalau ada faktor yang menghambat. Berikut ini faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses asimilasi :
No.
Faktor Yang Mendukung
No.
Faktor Yang Menghambat
1

2

3

4

5

6
7
Adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda
Adanya sikap menghargai terhadap orang asing dan kebudayaannya
Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
Adanya sikap terbuka dari golongan penguasa
Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya
Terjadinya perkawinan campuran
Adanya musuh bersama dari luar
1

2

3

4

5

6
7
Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok
Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain
Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain
Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu
Adanya perbedaan ciri-ciri ras yang mencolok
Adanya perasaan in-group yang kuat
Adanya perbedaan kepentingan


d.      Akulturasi (Acculturation)
Akultursi atau kontak kebudayaan merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan  itu sendiri. Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Migrasi antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda telah menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing.
Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu sebagai berikut :
1)      Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke 1-15), contoh akulturasi ini adalah masuknya epos Ramayana atau Mahabarata dalam cerita wayang
2)      Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke 15-17), contohnya yaitu masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia
3)      Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke 17-20), contoh akulturasi Indonesia-Barat adalah perpaduan budaya Indonesia dengan budaya barat dalam bidang kesenian, arsitektur, perdagangan, pendidikan, dan politik.

2.         Interaksi sosial disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain :
a.       Persaingan (Competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik. konsep tersebut merupakan definisi persaingan yang “sehat” dengan pola aturan main yang wajar.
Persaingan memiliki fungsi yang dinamis, yaitu :
1)      Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2)      Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif
3)      Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara optimal
4)      Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam hierarki organisasi secara tepat sesuai dengan kemampuannya
5)      Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan sistem pembagian kerja secara efektif.
Ruang lingkup persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini :
1)      Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan
2)      Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan keolahragaan
3)      Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan organisasi politik
4)      Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau sekte yan berlainan paham keagamaannya.
Dalam suatu persaingan diharapkan dapat menghasilkan  :
1)      Perubahan sikap dan kepribadian yang makin mantap
2)      Daya juang yang dinamis dan progresif
3)      Timbulnya rasa percaya diri
4)      Makin kokohnya solidaritas dan kebanggaan politik.
b.      Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan (konflik). Wujud dari kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara sembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok, maupun terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontravensi :
1)      Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan
2)      Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran
3)      Kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain
4)      Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat
5)      Kontravensi yang bersifat taktis, seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
Tipe-tipe umum kontravensi :
1)      Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda
2)      Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antara golongan wanita dan golongan pria
3)      Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan golongan mayoritas dengan minoritas di masyarakat.
c.       Pertentangan atau konflik Sosial
Pertentangan adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan jurang pemisah di antara mereka. Upaya untuk memenuhi tujuan mereka dilakukan secara tidak wajar dan tidak konstitutional yang saling menjatuhkan.
Sebab-sebab munculnya konflik, antara lain :
1)      Perbedaan pendapat
2)      Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mngusik harga diri serta kebanggaan masing-masing pihak
3)      Benturan kepentingan yang sama
4)      Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat yang berlainan kebudayaan
5)      Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu negara ataupun antarnegara
Ada beberapa bentuk konflik atau pertentangan, antara lain :
1)      Konflik pribadi, yaitu konflik antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan
2)      Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebudayaan. Misalnya pertentangan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam (negro)
3)      Konflik antar kelas sosial, konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. misalnya, konflik antar keum pemilik modal dan buruh
4)      Konflik politik, misalnya konflik antar pendukung parpol dan pemilu
5)      Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan antarnegara yang akhirnya menyangkut kedaulatan negara.
Akibat yang timbul karena suatu pertentangan (konflik), antara lain :
1)      Bertambahnya solidaritas kelompok
2)      Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif maupun negatif
3)      Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan
4)      Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi benturan fisik
5)      Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai
6)      Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara lain:
1)      Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
2)      Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghargai dan menhormati pendirian masing-masing pihak
3)      Konversi, yaitu salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
4)      Coersion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
5)      Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggundang pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
6)      Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
7)      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh persetujuan bersama
8)      Ajudikasi, yaitu penyelesaian konlfik di pengadilan
9)      Segregasi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan mengurangi konflik
10)   Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik.
Berbagai bentuk hubungan di atas dapat mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial, baik lembaga formal maupun nonformal, mendorong terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.

F.         LEMBAGA, KELOMPOK DAN ORGANISASI SEBAGAI HASIL INTERAKSI SOSIAL
Awal terbentuknya lembaga, kelompok maupun organisasi sosial terjadi  karena adanya interaksi sosial antarindividu, antara individu dan kelompok, maupun interaksi sosial antarkelompok. Mereka berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama dalam penciptaan lembaga atau kelompok sosial masyarakat.
1.       Lemabaga sosial
a.       Pengertian
Pengertian lembaga sosial menurut Gilin dan Gilin (Soerjono Soekanto, 1987) :
1)      Lembaga sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan. Hasilnya terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak tergabung dalam suatu unityang fungsional
2)      Hempir semua lembaga sosial mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu sehingga orang menganggapnya sebagai himpunan norma yang harus dipertahankan
3)      Suatu lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4)      Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
5)      Suatu lembaga sosial biasanya juga mrtuemiliki lambang tertentu yang secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsinya
6)      Lembaga sosial memiliki suatu tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan dasar bagi pranata yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya.
Berdasarkan  penjelasan di atas, dapat disimpulkan :
1)      Lembag sosial adalah seperangkat ketentuan, aturan, atau norma sosial yang sudah sedemikian mendalam (melembaga, internalisasi) sehingga keberadaanya disepakati dengan rasa tanggung jawab oleh seluruh anggota masyarakatnya (memasyarakat, institusionalisasi)
2)      Lembaga sosial mengatur berbagai pola kehidupan tertentu dalam masyarakat.
b.      Proses pembentukan lembaga sosial
Proses yang dilalui dalam proses pembentukan lembaga sosial adalah sebagai berikut,
1)      Menusia mencari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia amenemukan beberapa kebiasaan yang baku yang berlaku secara terus-menerus dan diulang-ulang. Dengan berjalannya waktu, kebiasaan-kebiasaan tersebut dilegalkan oleh masyarakat sehingga tumbuh berkembang menjadi lembaga
2)      Kebiasaan yang sudah dilegalkan dan kemudian menjadi semacam norma. Kemudian dilembagakan oleh masyarakat (institutionalization). Norma yang merupakan harapan perilaku ini oleh masyarakat ditetapkan untuk menentukan posisi status dan fungsi peranan untuk perilaku
3)      Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, tetapi dapat berlangsung lebih jauh lagi hingga suatu norma masyarakat tidak hanya menjadi institutionalized dalam masyarakat, tetapi menjadi internalized. Internalisasi adalah suatu taraf perkembangan di mana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperikelakuan sejalan dengan norma yang berlaku. Dengan kata lain, norma-norma tersebut telah mendarah daging (internalized)
c.       Tipe-tipe lembaga sosial
Tipe-tipe lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatn dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut Gilin dan Gilin  (Soerjono Soekanto, 1990), lembaga-lembaga sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)      Dari sudut perkembangannya, dibedakan menjadi :
a)    Crescive institutions (lembaga primer), merupakan lembaga-lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya: hak milik, perkawinan dan agama.
b)   Enacted institutions, merupakan lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.  Misalnya, lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya itu berakar dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.
2)      Dari sudut pandang nilai-nilai yang dterima masyarakat
a)      Basic institutions, lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya, keluarga, sekolah dan negara
b)      Subsidiary institutions, lembaga kemasyarakatan yang sering dianggap kurang penting, misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi
3)      Dari sudut pandang penerimaan masyarakat
a)      Approved atau social sanctioned institutions, yaitu lembaga-lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah atau  perusahaan dagang
b)      Unsanctioned institutions, yaitu lembaga yang ditolak oleh masyarakat walau terkadang mereka tidak berhasil untuk memberantasnya, seperti kelompok penjahat, pemeras, dan pencoleng
4)      Perbedaan antara general institutions dan restricted institutions timbul apabila klasifikasi tersebut berdasarkan faktor penyebarannya. Misalnya, agama merupakan suatu general institutions karena dikenal oleh hampir semua masyarakat di dunia, sedangkan agama islam, protestan, katolik, budha dll. merupakan restricted institutions- karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia
5)      Dari sudut fungsinya
a)    operative institutions, berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misalnya lembaga industrialisasi
b)   regulative institutions, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari lembaga itu sendiri. Contohnya adalah lembaga-lembaga hukum, seperti kejaksaan dan pengadilan.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menyebutkan bahwa lembaga sosial memiliki dua fungsi yaitu :
1)      Fungsi manifes, yaitu fungsi yang diharapkan oleh banyak orang akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri, misalnya lembaga keluarga harus memelihara anak, lembaga pendidikan harus mendidik siwa-siswanya, dsb. Fungsi manife ini bersifat jelas dan diakui
2)      Fungsi laten, merupakan dampak atau akibat dari adanya fungsi manifes, seperti efek samping dari suatu kebijakan, program, lembaga-lembaga atau asosiasi yang tidak dikehendaki. Misalnya, lembaga ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, tetapi terkadang juga meningkatkan pengangguran dan perbedaan kekayaan.
2.       Kelompok sosial
Kelompok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisasi, serta terjadi secara berulang-ulang dan memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.
Berikut ini merupakan klasifikasi kelompok sosial yang ada di masyarakat :
a.       Klasifikasi kelompok sosial menurut besar atau banyaknya anggota kelompok
1)      Kelompok primer merupakan suatu kelompok yang para anggotanya saling mengenal secara akrab, hubungan sosialnya bersifat informal, personal dan total, yang mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup seseorang. Jumlah anggota kelompoknya relatiif kecil sehingga memungkinkan anggotanya berhubungan secara akrab. Contohnya adalah keluarga, klik, atau sejumlah sahabat
2)      Kelompom sekunder merupakan suatu kelompok di mana hubungan sosialnya bersifat formal, impersonal, dan segmental (berpisah-pisah) serta didasarkan pada asas kepentingan bersama. Masing-masing anggota kelompok kadang tidak mengenal secara baik karena seseorang tidak berurusan dengan orang lain secara pribadi, tetapi sebagai orang yang berfungsi dalam mennjalankan suatu peran. Jumlah anggota kelompok ini relatif besar, seperti serikat kerja, mitra dagang, negara.
b.      Klasifikasi kelompok sosial menurut proses terbentuknya

1 komentar:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai 'Interaksi Sosial', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1393/1/11207518.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus